Langsung ke konten utama

STI Harus Memperkokoh Indramayu Sebagai Lumbung Pangan Nasional

STI Harus Memperkokoh Indramayu Sebagai  Lumbung Pangan Nasional

           Serikat Tani Indramayu (STI) sebagai organisasi masyarakat petani, diharapkan dapat  terus berperan aktif menumbuh kembangkan organisasi untuk memperkokoh Indramayu sebagai lumbung pangan nasional, membantu mewujudkan harapan dan keinginan pemerintah pusat dan Provinsi Jawa Barat dalam menjaga ketahanan pangan nasional.

          

           Hal tersebut ditegaskan Bupati Indramayu Hj. Anna Sophanah melalui Kabid Komunikasi dan Informasi Publik Diskominfo Indramayu, Nana Pasae ketika menghadiri Harlah ke-V dan Kongres ke-III STI yang berlangsung di Desa Sukaslamet Kecamatan Kroya, Rabu (01/03/2017).

 

           "Masyarakat petani yang tergabung dalam STI harus tampil di depan serta menjadi contoh dan pelopor bagi organisasi yang lainnya.  Saya yakin, pengurus dan anggota STI memiliki kemauan dan kemampuan untuk bersama - sama Pemerintah Kabupaten Indramayu untuk mewujudkan harapan seluruh masyarakat Indramayu serta dapat memberikan kontribusi yang nyata dan positif bagi terciptanya situasi daerah yang kondusif, baik aspek ekonomi, sosial, politik, budaya sekaligus kehidupan beragama yang harmonis," tegas Anna.

 

Bupati Anna melanjutkan, Kabupaten Indramayu sebagai salah satu sentra produksi padi nasional merupakan harapan pemerintah pusat dan Propinsi Jawa Barat di bidang pengamanan produksi padi nasional. Kabupaten Indramayu  dengan lahan persawahan seluas +/- 118.000 hektar atau lebih dari 10 persen luas lahan persawahan propinsi Jawa Barat, dituntut untuk memenuhi kebutuhan ketersediaan padi nasional.

 

"Pemerintah pusat mengharapkan adanya peningkatan produktivitas hasil pertanian dari Indramayu untuk mengamankan ketersediaan stok  beras nasional," katanya.

 

Namun, upaya peningkatan produksi padi tidak terlepas dari banyak hal yang menjadi faktor penentu dan pendukung keberhasilannya seperti ketersediaan air, infrastruktur pengairan dan pertanian, alat dan mesin pertanian untuk mengolah hasil panen dan pasca panen, ketersediaan pupuk dan paket teknologi, dan lain-lain termasuk yang tidak kalah pentingnya faktor iklim atau cuaca.

 

"Selain factor tersebut, karena desakan kebutuhan permukiman penduduk sehingga semakin berkurangnya areal persawahan, dampak perubahan iklim dan pemanasan global pada lingkungan, serta banjir dan  kekeringan menjadi faktor krusial atau lebih menentukan keberhasilan dalam upaya peningkatan produksi padi," katanya.

DENI SANJAYA / Dinas Komunikasi dan Informatika Kab. Indramayu   

Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu