Langsung ke konten utama

Sail Puisi Cimanuk


Luar Biasa, "Sail Puisi Cimanuk" diikuti 1.135 Penyair dari Sabang Sampai Merauke

 

Lomba menulis puisi "Sail Puisi Cimanuk 2016" diikuti penyair dari seluruh pelosok Nusantara dari Sabang sampai Merauke. Secara keseluruhan, ada 1.135 penyair yang mengirimkan puisinya ke panitia lomba yang masih rangkaian kegiatan Festival Tjimanoek 2016 sebagai perayaan Harijadi Indramayu ke 489 tahun.

 

Tak hanya itu, sejumlah peserta juga hadir dari negeri jiran seperti Malaysia, Singapura dan Brunei Darusalam. Para peserta, sesuai ketentuan yang dibuat oleh panitia, menulis puisi berkisah tentang sungai Cimanuk, salah satu sungai besar di Jawa Barat yang membentang dan bermata air di Garut hingga bermuara ke Laut Jawa di wilayah pantai utara (pantura) Kabupaten Indramayu.

 

"Ini luar biasa. Sebuah kejutan. Kami tak mengira bisa menerima 1.135 naskah puisi yang ditulis oleh penyair dari seluruh pelosok Indonesia dan negeri jiran," tutur Agung Nugroho, Ketua Panitia "Sail Puisi Cimanuk 2016".

 

Dalam lomba ini, panitia juga melakukan semacam eksperimen terkait dengan publikasi melalui media. Pengumuman lomba dirilis pada 7 September 2016, panitia sengaja mempublikasikan hanya lewat jejaring sosial online seperti email, facebook, twitter dan sejenisnya.

 

"Sejak awal, untuk pengumuman pertama lomba, kami sengaja tidak membuat rilis ke media mainstream, baik yang cetak, audiovisual, maupun kanal berita online. Ingin mengetahui juga sejauhmana kekuatan jejaring lewat media sosial, ternyata hasilnya luar biasa," tutur Agung.

 

Hanya berbekal jejaring sosial, di luar dugaan, setelah pengumuman "Sail Puisi Cimanuk 2016" dipublikasikan, setiap hari banjir pengiriman naskah. Sampai penutupan jadwal pengiriman pada pukul 00.00, 7 Oktober 2016, bertepatan dengan ulang tahun Indramayu ke 489 tahun, menembus angka 1000 lebih naskah puisi tentang Cimanuk.

 

"Masa kekosongan naskah dari pertama publikasi ternyata hanya tiga hari. Setelah itu, sampai pukul 00.00 WIB tanggal 7 Oktober, puluhan naskah datang tiap hari. Dari seluruh pelosok Nusantara, dari Sabang – Merauke. Seluruh provinsi terwakili di Indonesia, kecuali dari Maluku," tutur Agung.

 

Sekertaris panitia, Supali Kasim menjelaskan, "Sail Puisi Cimanuk 2016", menghadirkan tiga juri yang kesemuanya berasal dari luar Indramayu. Masing-masing Hamdi Salad, akademisi dan penyair Yogyakarta, Raudal Tanjung Banua, penyair asal Padang yang bermukim di Yogyakarta, dan Kijoen, penyair asal Jatitujuh, Majalengka.

 

Dari seluruh naskah yang masuk, akan diseleksi enam puisi terbaik yang berhak memperoleh hadiah dan penghargaan. Selain itu, panitia juga memilih 100 puisi terbaik yang akan dibukukan ke dalam Antologi Sail Puisi Cimanuk 2016.



 


Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu