Langsung ke konten utama

Kabupaten Badung Belajar Ke Desa Majasari

Terkait dengan predikat sebagai juara nasional untuk lomba desa yang diraih Desa Majasari Kec. Sliyeg beberapa waktu lalu, Kabupaten Badung Provinsi Bali menyempatan diri untuk belajar ke Kabupaten Indramayu.

Rombongan dari Kabupaten Badung dipimpin langsung oleh Bupati Badung, Giri Prasta, Wakil Bupati Badung, Ketua DPRD Badung beserta belasan wartawan cetak dan elektronik Kabupaten Badung. Rombongan diterima oleh Bupati Indramayu Hj. Anna Sophanah, Sekretaris Daerah Ahmad Bahtiar beserta Kepala SKPD di Pendopo, Kamis (20/9).

Bupati Badung Giri Prasta mengatakan, kedatangannya ke Indramayu untuk belajar lebih jauh tentang masalah pedesaan. "Kami ingin belajar banyak tentang pedesaan di Kabupaten Indramayu, khususnya ke Desa Majasari yang menjadi juara nasional," katanya.

Giri mengakui, untuk menata desa sampai meraih juara nasional di lomba desa bukan hal yang mudah. Butuh perjuangan dan kerja keras. Karenanya ia ingin belajar ke Majasari untuk melihat keunggulan-keunggulan apa saja yang membawa Majasari  menjadi juara nasional.
"Saya salut kepada Kabupaten Indramayu yang dapat membina desa hingga meraih juara nasional. Hasil dari studi banding ini akan diadopsi oleh pemerintahan kami," katanya.

Menurut Giri, desa-desa di Kabupaten Badung telah memiliki infrastruktur yang memadai dan Apbdes yang mencukupi. Namun kalah dengan Indramayu saat lomba desa. "Tentu ada nilai plus lainnya dari Indramayu," katanya.

Sementara itu Bupati Indramayu Hj. Anna Sophanah mengaku merasa tersanjung dengan kunjungan dari Kabupaten Badung. Menurutnya, kalo mendengar uraian yang disampaikan oleh Bupati Badung tentang   infrastruktur dan APBDes desa-desa di Kabupaten Bandung, seharusnya Indramayu yang harus belajar banyak ke Badung. Apalagi desa-desa di Kabupaten Badung menjadi salah satu destinasi wisata nasional bahkan internasional. "Ini ke balik. Harusnya kita yang belajar ke mereka. APBD Badung 2 kali lipat dari APBD kita," katanya.

Bupati Hj. Anna mengatakan, kunci sukses menata desa hingga menjadi juara nasional adalah dengan partisipasi masyarakat yang sangat tinggi untuk pembangunan. "Kalo dilihat dari APBDes, dari awal mungkin Majasari tidak masuk nominasi. Tapi anggaran bukan satu-satunya unsur penilaian. Di atas semua itu adalah keinginan kuat dari masyarakat untuk membagun desanya. Jadi kuncinya tingkat partisipasi masyarakat," katanya.

Keunggulan lainnya dari Desa Majasari, imbuh Hj. Anna, yakni adanya Peraturan Desa tentang Perlindungan TKI. Dengan Perdes tersebut, warga menjadi terlindungi ketika bekerja di luar negeri."Di Majasari ada peternakan sapi. Peternakan itu berkembang pesat, sehingga ketika ada kenaikan harga daging sapi, di Majasari harga daging sapi tetap stabil," katanya.

Di akhir acara, dipandu Asistem Pemerintahan, Didi Kusmulyadi, rombongan dari Kabupaten Badung mengunjungi Desa Majasari. (ds/Bagian Humas & Protokol Setda Indramayu)

Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu