Langsung ke konten utama

Closing Ceremony


Dihibur Penampilan Iis Dahlia, Bupati Hj. Anna Tutup Rangkaian Festival Tjimaoek 2016

Berada di alam bebas, bermandikan cahaya purnama, Festival Timanoek 2016 akhirnya secara resmi ditutup Bupati Indramayu Hj. Anna Shopanah, Minggu malam (16/10/16). Penutupan ini mengakhiri seluruh rangkaian kegiatan Festival Timanoek 2016 yang telah berlangsung sebulan lamanya.

Berlatar belakang panggung terbuka, di bawah patung Garuda Pancasila yang menempel di Tugu Bambu Runcing yang merupakan ikon Alun-Alun Indramayu, penonton disuguhkan berbagai macam hiburan yang sangat menarik, mulai dari pertunjukan macapat, tarling dalam bentuk orchestra, dan puncaknya penampilan artis ibu kota asal Indramayu, Iis Dahlia. Acara ini mampu menarik perhatian masyarakat sekitar kota Indramayu.

Dalam sambutannya, Bupati Hj. Anna mengatakan, peringatan Hari Jadi ke-489 Kabupaten Indramayu dan Festival Tjimanoek 2016, diharapkan dapat  menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap tanah kelahiran yakni Indramayu. "Kita telah menyaksikan berbagai macam kesenian tradisional dan budaya asli Indramayu dalam festival ini. Semua itu menjadi identitas Kabupaten Indramayu yang harus dipelihara, dilestarikan dan diwariskan kepada generasi penerus sebagai bagian dari kekayaan budaya bangsa Indonesia," katanya.  

Bupati Hj. Anna mengakui, tidak sedikit anggaran yang dikeluarkan untuk memperingati Hari Jadi Indramayu. Juga tidak terhitung banyaknya tenaga dan peluh bercucuran untuk mensukseskan peringatan tersebut. Namun, tegasnya, semua yang telah dikeluarkan itu terbayar dengan terangkatnya nama Indramayu ke pentas regional, nasional, bahkan internasional.

"Selain sebagai sosialisasi hasil-hasil pembangunan pada masyarakat, peringatan Hari Jadi Kabupaten Indramayu menjadi momentum yang positif untuk mempromosikan potensi daerah ke luar Indramayu," tegas Hj. Anna.

Bupati meminta, di tahun-tahun mendatang, kegiatan ini dapat berjalan lebih baik lagi. "Harus disiapkan secara baik mulai dari perencanaan, anggaran, penataan tempat, pengelolaan, dan publikasi. Saya minta tahun depan harus lebih matang lagi, sehingga Kabupaten Indramayu akan semakin dikenal secara nasional maupun internasional, sehingga mengundang daya tarik tersendiri bagi wistawan juga para investor," tandasnya.

Membentuk Citra Positif

Dalam kesempatan itu, orang nomor satu juga mengucapan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh masyarakat Kabupaten Indramayu, yang telah berpartisipasi menjaga keamanan dan ketertiban sehingga seluruh rangkaian kegiatan Hari Jadi dapat berjalan dengan aman, lancar, dan sukses.

Sementara itu, Ketua Panitia Festival Tjimanoek 2016. H. Sugiyanto mengatakan, tujuan diselenggarakannya Festival Tjimanoek 2016, selain sebagai upaya pelestarian seni tradisi dan budaya Indramayu, juga menjadi sarana promosi potensi Indramayu ke kancah regional, nasional dan internasional.

"Banyak sekali yang didapat dari rangkaian kegiatan seputar Hari Jadi Indramayu. Selain menghibur masyarakat dan sektor menggerakan ekonomi kerakyatan, juga dapat mengenalkan nama Indramayu ke tingkat nasional bahkan internasional dengan pemberitaan-pemberitaan kegiatan di seputar Hari Jadi Indramayu ini," katanya.

Dengan banyaknya berita yang positif, Sugiyanto optimis akan terbangun citra yang positif untuk Indramayu. "Tentunya hal ini (red: citra positif) harapan kita semua. Citra yang baik menjadi modal dasar yang berguna bagi pembangunan," katanya.

Dalam kesempatan tersebut Sugiyanto meminta, logo Festival Tjimanoek agar dipatenkan menjadi branding pada perayaan Festival Tjimanoek tahun selanjutnya. "Logo Festival Tjimanoek di hurup 'O'-nya bergambar gedong gincu. Itu menjadi ikon bagi Indramayu sebagai rajanya gedong gincu," pintanya.

Di akhir sambutannya, Sugiyanto mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada masyarakat Indramayu atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya sebagai Panitia Festival Tjimanoek 2016. "Tidak ada yang sempurna dalam hidup ini. Saya meminta maaf apabila selama Festival Tjimanoek ini masih banyak kekurangan. Insya Allah kekurangan itu menjadi bahan kajian dan evaluasi bagi kami agar di tahun-tahun mendatang kegiatan serupa dapat berjalan lebih baik lagi," tuturnya.

Pada kesempatan itu juga diserahkan pula berbagai penghargaan kepada para pemenang lomba yang telah digelar dalam rangkaian Festival Tjimanoek 2016. (ds/Humas & Protokol Setda Indramayu)

 


Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu