Langsung ke konten utama

Ngabuburit di Mangrove Centre Karangsong

Ngabuburit di Mangrove Centre Karangsong

                INDRAMAYU 24/06/2015 – Kawasan ekowisata mangrove di Desa Karangsong Kec/Kab Indramayu setiap harinya mulai ramai di kunjungi wisatawan. Apalagi di bulan Ramadhan ini menjadi salah satu tempat favorit untuk menunggu maghrib dan berbuka puasa (ngabuburit) bagi warga masyarakat.

                Setelah dikenalkan kepada masyarakat, bahwa kawasan mangrove di Desa Karangsong dijadikan sebagai mangrove centre bagi kawasan Indonesia barat kini mulai dilirik oleh berbagai pihak. Apalagi masyarakat sekitar ikut dilibatkan dalam  proses pengelolaan kawasan mangrove tersebut.

                Untuk bisa mengelilingi areal mangrove ini, masyarakat bisa mendatangi dermaga yang sudah tersedia sebagai tempat bersandarnya kapal yang bisa membawa masuk dalam hutan. Selanjutnya bisa merogoh kocek antara 10-15 ribu per orang sebagai ongkos untuk bayar kapal hingga kembali lagi.

                Begitu tiba di dermaga 1 mangrove, masyarakat bisa naik diatas pos pemantauan setinggi 10-15 meter untuk bisa melihat areal hutan mangrove yang sangat luas membentang hingga ke pesisir pantai. Setelah itu bisa masuk kedalam hutan dengan berjalan di walk tracking,  begitu masuk kita akan mendapati rimbunnya pohon mangrove di kanan dan kiri dan setelah itu kita bisa melewati sungai yang berada di dalam hutan.

                Salah seorang pengunjung, Fradina (30) mengatakan, ngabuburit di areal mangrove centre merupakan hal yang baru bagi dirinya. Selama ini kegiatan menunggu maghrib hampir sebagian orang dilakukan dengan hanya berjalan-berjalan. Akan tetapi kini ada tempat baru yang bisa dijadikan tempat wisata menunggu maghrib sambal melakukan edukasi lingkungan.

                Sementara itu Bupati Indramayu Hj. Anna Sophanah menyambut baik dampak poisitif dari keberadaan ekowisata mangrove di Desa Karangsong tersebut. Selain keuntungan lingkungan, dampak dari kegiatan ekowisata itu ternyata berdampak bagi kehidupan warga sekitarnya sebagai penyedia jasa perahu, pemandu wisata, dan kini bermunculan sentra kuliner di tempat itu. DENI SANJAYA / Bagian Humas dan Protokol Setda Indramayu

Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu