Langsung ke konten utama

Indramayu Mencanangkan Gerakan Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir

Pemkab Indramayu mencanangkan Gerakan Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir melalui program sistem rujukan Maternal dan Neonatal Indramayu (Si-Irma-Ayu) yang bekerja sama dengan Lembaga USAID, Rabu (17/6/2015) di Pendopo Raden Bagus Aria Wiralodra Indramayu.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu Dedi Rohendi menjelaskan, pada tahun 2014 angka kematian ibu di Kabupaten Indramayu sebanyak 56 kasus. Sementara angka kematian bayi mencapai 290 kasus. Untuk menekan angka tersebut, salah satunya dengan program yang merupakan replikasi sistem dari Sijariemas, yaitu Sistem Informasi Jejaring Rujukan Maternal dan Neonatal (Sijariemas) atau Expanding Maternal & Neonatal Survival (EMAS).

Dedi menjelaskan, Si-Irma-Ayu merupakan layanan daring selama 24 jam yang dikembangkan lebih lanjut oleh Pemkab Indramayu. Sistem tersebut menyediakan bidan yang siaga 24 jam di ruang Call Center Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu.

"Mereka disebut Bidan Call Center Si-Irma-Ayu. Caranya, bidan di desa atau puskesmas mengirim SMS ke nomor 082111502000 untuk membawa pasien kegawatdaruratan ke rumah sakit yang telah siap menerima pasien tersebut," ucapnya.

Menurut dia, para bidan mengawal proses rujukan, di antaranya mengingatkan stabilisasi rujukan dan penghubung antara bidan perujuk dan rumah sakit. Diharapkan, pasien dapat langsung tertangani dengan cepat, tepat, dan aman.

''Sementara ini ada delapan bidan call center yang sudah terlatih. Mereka pun menerima keluhan langsung dari masyarakat, di samping bertugas dalam sistem rujukan,'' kata Dedi.

Selama ini, ungkap Dedi, yang sering menjadi kendala saat memproses rujukan ketika dokter tidak di tempat dan rumah sakit penuh. Oleh sebab itu, sistem rujukan kegawatdaruratan ibu melahirkan dan bayi baru lahir serta konsultasi ibu hamil yang dibangun dalam Si-Irma-Ayu. 

"Baru 8 puskesmas dan 4 rumah sakit di Kabupaten Indramayu yang menjadi tempat rujukan dalam Si-Irma Ayu," tuturnya. Kedelapan puskesmas itu, kata Dedi, yakni Puskesmas Karangampel, Widasari, Terisi, Kandanghaur, Gabuswetan, Sukra, Sukagumiwang, dan Sliyeg.

Sementara rumah sakitnya yaitu RSUD Indramayu, RSUD Sentot, RS PMC dan RSI Zam-zam. Namun, pihaknya akan mengembangkan hingga 18 puskesmas Poned se-Kabupaten Indramayu. ''Sisanya akan kami kembangkan lagi pada 2016,'' ujar Dedi.

Diterangkannya, Si-Irma-Ayu dibangun melalui aplikasi mobile berbasis Android dan aplikasi web terintegrasi dengan SMS Gateway dan Call Center. Si-Irma-Ayu sudah diuji coba dengan kasus riil pada April 2015.

"Si-Irma-Ayu telah digunakan lebih dari 2.600 ibu hamil untuk Info Bumil dan Rujukan Terencana. Sistem ini juga digunakan lebih dari 225 konsultasi ibu hamil dan 932 rujukan gawat darurat ibu dan bayi baru lahir," katanya.

Sementara itu Sekda Kabupaten Indramayu Ahmad Bachtiar menambahkan, kasus kematian ibu dan bayi di Kabupaten Indramayu yang cukup tinggi bisa menurun. Hal ini merupakan kewajiban Pemkab Indramayu untuk melindungi segenap masyarakat.  Dalam prosesnya, Sekda meminta adanya evaluasi sejauh mana keberhasilan program tersebut. Masyarakat pun diminta memanfaatkan fasilitas tersebut sebaik-baiknya. DENI SANJAYA

Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu