Langsung ke konten utama

Anna Bantu Pasien Atresia Bilier


Anna Bantu Pasien Atresia Bilier

            Sejak lahir Zahwa Dewi (1,5) telah memiliki kelainan saluran empedu  Atresia Bilier, kelainan tersebut   adalah suatu keaadaan dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak berkembang secara normal. Akibatnya  terjadi penumpukan di fungsi hati dan mengalami pembekakan atau membusung.

            Penderitaan yang dialami oleh balita Zahwa yang berasal dari Desa Limbangan Kecamatan Juntinyuat tersebut mengugaah hati seorang ibu yang tak lain adalah Bupati Indramayu Hj. Anna Sophanah untuk langsung mengunjungi dan menengok balita tersebut yang saat ini tengah mengalami perawatan di ruang anak RSUD Indramayu, Rabu (06/05/2015).

            Begitu tiba di kamar perawatan Zahwa, orang nomor satu di Indramayu tersebut langsung mengelus kepala Zahwa yang tengah tertidur pulas dan dilanjutkan melakukan perbincangan dengan kedua orang tuanya untuk menanyakan keinginan dalam proses penyembuhannya.

            "Bapak dan ibu maunya bagaimana, kalau mau dirujuk lagi ke RS Hasan Sadikin atau rumah sakit lainnya kami dari pemerintah kabupaten dan juga Yayasan Gempur Gakin siap untuk memfasilitasi dan membantu proses penyembuhan Zahwa, semuanya tergantung bapak dan ibu," tanya Anna kepada orang tua Zahwa.

            Menanggapi hal tersebut, kedua orang tua balita itu dengan tegas mengatakan bahwa dirinya hanya siap di rawat di RSUD Indramayu. Hal ini mengingat proses penyembuhan untuk Zahwa meskipun di rujuk ke RS lain akan sulit disembuhkan.

            "Terima Kasih kepada ibu bupati yang sudah memperhatikan dan membantu kami, kami ingin Zahwa sembuh, namun demikian biarkan  Zahwa tetap dirawat di RSUD Indramayu. Selama ini memang sudah sering dirujuk ke RS Hasan Sadikin," kata orang tuanya.

            Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medis RSUD Indramayu, dr. Deden Boni Koswara menjelaskan, atresia bilier terjadi karena adanya perkembangan abnormal dari saluran empedu dalam maupun diluar hati yang bisa berupa tidak adanya atau kecilnya lumen pada sebagian atau keseluruhan saluran empedu yang menyebabkan hambatan aliran empedu. Akibatnya didalam hati dan darah terjadi penumpukan garam empedu dan peningkatan kadar bilirubun direk.

            Untuk proses penyembuhan Zahwa ini bisa dilakukan dengan operasi cangkok hati ketika berusia 3 tahun. Penyakit tersebut merupakan penyakit langka namun keberadaannya di Indramayu ditengarai cukup banyak.

            "Kita hormati keputusan kedua orang tuanya yang mau tetap dirawat di RSUD Indramayu ini, kami berikan pelayanan maksimal agar kondisinya membaik. Bupati pun tadi sudah menawarkan untuk dirujuk ke RS yang lebih memiliki peralatan yang memadai, namun kedua orang tuanya menolak, kita hormati keputusan orang tuanya," tegas Deden. (deni / Humas Pemkab Indramayu)

            


Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu