Langsung ke konten utama

Ulama Indramayu Dituntut Menjadi Tauladan

            INDRAMAYU 16/6/2014 – Para ulama di Kabupaten Indramayu dituntut untuk menjadi suri tauladan dan menjadi contoh dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini karena para ulama senantiasa memberikan pencerahan serta panutan kepada masyarakat. Apa yang menjadi fatwa ulama, akan sangat diperhatikan baik oleh ummat itu sendiri maupun oleh umaro sebagai pijakan dalam mengambil kebijakan.

            Hal tersebut ditegaskan Bupati Indramayu Hj. Anna Sophanah ketika memberikan sambutan pada Sosialisasi Ijtima Ulama Indonesia yang berlangsung di Aula Wisma Haji Indramayu, Senin (16/6/2014).

            Selain menjadi suri tauladan, ulama Indramayu dituntut untuk menjaga nilai-nilai luhur agama dalam kehidupan bermasyarakat. Diakui bupati, saat ini secara social telah terjadi pergeseran nilai yang tengah terjadi di masyarakat Indramayu. Berbagai masalah penyakit masyarakat masih terus muncul sehingga peran ulama sangat mutlak dibutuhkan untuk membantu tugas-tugas pemerintah.

Bupati menambahkan, jika pada ranah pemerintahan ada aturan perundang-undangan atau peraturan pemerintah, yang harus dilaksanakan oleh pemangku dan pelaksana kebijakan di daerah. Maka pada tataran umat, diperlukan adanya ijtima para ulama, sebagai tuntunan pelaksanaan kehidupan beragama, berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, selain tuntunan yang sudah baku adanya yakni Al-Qur'an serta hadist nabi.

 

"Ijtima para ulama menjadi penting adanya, ditengah peradaban modern, dimana semua serba mudah didapat, semuanya dengan mudah bisa dilihat, dan semua yang ada bisa dengan mudah dirasa. Orang cenderung lebih banyak menggunakan hawa nafsu, dibandingkan dengan menggunakan akal pikirannya dalam melakukan sesuatu.  Mereka lebih suka mengerjakan yang sudah biasa dan dianggapnya baik, bukan membiasakan yang baik untuk dikerjakan dalam segala hal," tegas bupati.

 

            Sementara itu Plt. Ketua MUI Kabuaten Indramayu KH. Moh. Shulhin Hudaibi mengatakan, kegiatan tersebut selain diisi dengan sosialisasi keputusan Ijtima komisi fatwa MUI juga diisi dengan berbagai kegiatan sosialisasi program kedaerahan yang diisi oleh nara sumber dari pemerintah daerah dan pihak kepolisian. (deni/humasindramayu)

Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu