Langsung ke konten utama

Bupati Berikan Santunan Pelajar Kesambar Petir


     
WIDASARI 07/02/2014 – Bupati Indramayu Hj. Anna Sophanah memberikan uang duka bagi keluarga Teja yang harus merelakan kepergian anaknya Arifin (16)karena meninggal kesambar petir ketika tengah berada di sekolahnya.

     Bantuan sebesar 2 juta tersebut langsung diserahkan dari kantong bupati kepada Ny. Aniyah yang merupakan ibu kandung dari Arifin. Bantuan yang diserahkan seusai kunjungan Menteri Pertanian tersebut langsung disambut gembira oleh warga sekitarnya.

     Kepada bupati, Teja yang kesehariannya merupakan pekerja pemotong drum untuk bahan baku tempat sampah sangat terpukul dengan kejadian tersebut. Apalagi Arifin merupakan anak pendiam dan sangat disayang oleh keluarganya.

     “Meskipun nilainya tidak seberapa, namun uang duka yang diberikan oleh bupati ini sangat berarti bagi kehidupan kami,” kata Teja dengan terbata-bata

Seperti diketahui, pada hari Rabu (18/12/2013) yang lalu, seorang pelajar SMA Negeri 1 Jatibarang bernama Arifin (16 tahun), warga Blok Pasar Senggol, Desa Leuwigede, Kecamatan Widasari sekira pukul 12.30 WIB tersambar petir. Akibat sambaran itu, korban meninggal dunia dengan luka sengatan di bagian dada sebelah kiri. Oleh sejumlah temannya, korban lantas dilarikan ke rumah sakit Islam Zam-zam Jatibarang.

Peristiwa itu diketahui saat korban menyaksikan pertandingan sepak bola yang dilakukan teman-temannya di lapangan sekolah. Korban merupakan pelajar kelas X SMA Negeri 1 Jatibarang ini lebih memilih untuk duduk dibawah pohon, tak jauh dari lapangan tersebut. Rupanya cuaca sedang tak bersahabat, hujan mengguyur di tempat itu. Saat bersamaan petir menyambar dan tiba-tiba sambarannya mengenai korban.

Spontan karena sambaran petir membuat tubuh korban terjengkang, terpental beberapa meter dari lokasi itu. Kondisi ini diketahui oleh sejumlah temannya. sehingga mereka langsung mendatangi korban yang sudah tak sadarkan diri. Sebagian teman sekolahnya mencoba membuka baju korban yang sudah robek dan ternyata didada sebelah kiri ada luka bekas sambaran petir berwarna hitam.

Mengetahui itu, pelajar langsung memberitahukan kepada guru SMA tersebut. Mendapat laporan beberapa guru langsung mendatangi lokasi. Sementara itu, beberapa petugas dari polsek Jatibarang pun mendapatkan laporan tersebut. Dan langsung mendatangi lokasi. Petugas bersama guru serta kawan-kawannya kemudian membawa korban ke rumah sakit Islam Zam-zam Jatibarang. Dari hasil pemeriksaan petugas medis diketahui kematian korban karena luka didada sebelah kiri. Diduga luka hitam itu akibat sambaran petir.

Sementara itu Bupati Indramayu Hj. Anna Sophanah mengatakan, kejadian tersebut merupakan musibah yang tidak bisa dihindari oleh manusia. Namun demikian keluarga yang telah ditinggalkannya diharapkan tetap tabah dan terus menjalani aktivitas seperti biasanya.

“Saya mendengar kejadian itu, namun baru sempat ketemu langsung dengan pihak keluarga sekarang ini. Meskipun nilainya tidak seberapa akan tetapi mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi keluarag Pak Teja,” katanya. (deni/humasindramayu)


 

 

Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu