Langsung ke konten utama

Widasari Menuju Kawasan Perkotaan

Setelah dialihkannya jalan negara pantura antara Widasari-Pilangsari (Kecamatan Jatibarang) sepanjang 3 km tahun 2003, Widasari banyak dilirik investor. Tahun 2008 setelah rampungnya jalan lintas antara Lohbener-Widasari sejauh 11 km, lalu lintas dari arah Cirebon-Jakarta dan sebaliknya menjadi ramai. Para investor dan pengusaha kemudian membangun sarana pertokoan di pinggiran jalan baru tersebut.

Di samping kiri kanan jalan negara arah Widasari–Bangkaloa kini sudah dipadati sejumlah bangunan pertokoan dan gudang. Begitu pula jalur Widasari-Lohbener sudah bermunculan rumah makan, Stasiun Pengisian Bahan Energi (SPBE), gudang, dealer, sarana perumahan, dll. Jalan sejauh 11 km sudah tidak sepi lagi, tak ubahnya ramai seperti ketika pantura melewati Celeng-Widasari-Jatibarang, yang kini sudah tidak dilalui arus lalu-lintas kendaraan besar.

Dampak melonjaknya pembangunan, terjadilah pergeseran budaya bagi masyarakat. Dahulu masyarakat Widasari dikenal sebagai petani dan bergelut di bidang usaha beras, sekarang banyak yang bekerja di pabrik, toko, dealer, dll. Sejumlah areal tanah pesawahan tersita untuk dijadikan lahan jalan pantura dan disulap menjadi sarana bisnis. Bagaimana untuk mengantispasi persoalan ini?

"Widasari berubah menjadi kawasan perkotaan, harus kita banggakan. Perubahan budaya harus diimbangi dengan peningkatan sumber daya manusia (SDM). Hilangnya sebagian lahan sawah produktif harus diimbangi dengan ditingkatkannya hasil produksi pertanian," kata H. Dodi Tisna Abdulah, S.H., M.Si., Camat Widasari.

Maraknya para investor menanamkan modal di Kecamatan Widasari, di satu sisi dampaknya bisa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Di sisi lain bisa menambah pemasukan asli daerah (PAD) untuk pembangunan Kabupaten Indramayu. Dan bisa memicu semangat di kemudian hari bagi masyarakat untuk menjadi investor di daerahnya sendiri.

Masyarakat Widasari yang berada di sepuluh desa dengan jumlah penduduk 35.680 jiwa, dan hampir 70 persen bermatapencaharian bertani ini dari sekarang sudah menyiapkan diri menghadapi era teknologi canggih. Sarat utama tentu anak-anak sebagai generasi penerus harus memiliki tingkat kecerdasan, kemauan keras, dan keterampilan handal. Tentunya harus mengenyam pendidikan setidaknya tingkat SLTA dan bisa menempuh ke perguaran tinggi.

"Mengubah sikap seperti ini tentu banyak tantangan. Makanya dari sekarang bulatkanlah tekad menciptakan generasi pelanjut harus lebih baik tingkat intelektualitasnya di masa depan. Jika tidak maka kita akan menjadi penonton di daerahnya sendiri," kata H. Dodi yang belakangan ini tengah giat memberikan motivasi terhadap masyarakat di desa-desa.

Camat tidak menghendaki dengan berubahnya Widasari menuju kawasan perkotaan lantas tidak harus masyarakat melupakan jati dirinya sebagai petani. Teknologi maju, pertanian pun harus lebih maju lagi. Lahan pesawahan menyempit karena tergerus sarana pembangunan, para petani harus mampu menggali potensi agar hasil produksi pertanian lebih meningkat lagi.

SDM petani terus ditingkatkan. Para kelompok tani jangan merasa bosan belajar dan terus menggali potensi menghadapi kajian terapan teknologi pertanian, sekolah lapangan terpadu, kursus tani, dll. Sangat diutamakan jiwa kebersamaan antar petani. Pemerintah selama ini terus berupaya memberikan berbagai fasilitas untuk melayani kebutuhan petani.

Salah satu pelayanan pemerintah, di Kecamatan Widasari kini sedang dibangun dua embung air, di Desa Widasari dan di Desa Leuwigede. Jika tahun depan kedua embung yang luasnya sekitar enam hektar rampung dibangun, harapannya para petani bisa bercocok tanam selama tiga kali dalam setahun. Artinya bertanam padi, dan bertanam palawija.

"Dengan cara itulah, meski Widasari berubah menjadi kawasan perkotaan, industri pertanian tidak terkalahkan. Ujung-ujungnya masyarakat Widasari sejahtera," kata H. Dodi. (Undang/Deni/HumasIndramayu)

 



Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu