Langsung ke konten utama

Ke Cantigi Bupati Temukan Balita Tanpa Anus

  

CANTIGI (Humas Indramayu) – Kegiatan Bupati Ketemu Rakyat (BKR) yang berlangsung di Kecamatan Cantigi, Jum'at (18 Oktober 2013) akhirnya mempertemukan pimpinan orang nomor satu di Indramayu itu dengan Cesika Mutiara seorang balita yang terlahir tanpa anus. Pertemuan itu merupakan jawaban atas penderitaan Cesika selama ini karena langsung memerintahkan petugas Dinas Kesehatan untuk membawa balita itu ke RSUD untuk dilakukan pemeriksaan.

Seperti yang dilansir Bagian Humas dan Protokol Setda Indramayu, putri kedua dari pasangan Tati (33) dan Kadi (36), warga RT 27, RW 29, Desa Lamarantarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu ini terlahir tanpa anus dan kerap menjerit kesakitan karena kesulitan buang air besar. Enam bulan sejak dilahirkan, bayi itu belum mendapatkan penanganan medis dan perawatan intensif lantaran terkendala biaya.

Tati tahu betul derita anaknya yang terlahir tanpa anus itu. Jika ingin buang air besar, Cesika harus mengeluarkannya lewat saluran air kencing. "Kalau buang air besar, dia menangis terus. Mungkin karena menahan sakit yang luar biasa. Saya tidak tahu harus bagaimana. Paling-paling hanya mencoba menghiburnya dan menenangkannya," ujar Tati.

Dia tak mengerti kenapa anaknya bisa terlahir tanpa memiliki anus. Sebab, ketika hamil, ia tak merasakan gejala yang aneh dengan kandungannya. Namun, saat melahirkan, ia mengakui, ari-ari sang bayi menempel pada rahimnya sehingga dokter harus mengangkat rahimnya untuk melancarkan proses persalinan.

Dihadapan bupati, Tati berharap agar anaknya mendapatkan bantuan dari Pemkab Indramayu dan berbagai pihak untuk operasi anus. Selain tidak memiliki anus, Cesika juga memiliki kelainan pada daun telinga kanannya yang tertutup. Meski demikian, ia masih bisa mengenali dan merespons suara yang didengarnya.

Bupati Indramayu Hj. Anna Sophanah yang melihat penderita balita tersebut sangat merasakan iba yang mendalam, bahkan sesekali membujuk dan membelai Cesika yang terkadang meraung merasakan sakit.

Untuk menyembuhkan Cesika, Bupati langsung memanggil Kepala Dinas Kesehatan dr. Dedi Rohendi, MARS, dan Direktur RSUD dr. Zaenal Arifin untuk segera membawa Cesika ke RSUD untuk dilakukan tindakan medis. Setelah diamati sesaat, akhirnya diputuskan, Sabtu (19/10)  Cesika bisa dibawa ke RSUD untuk dilakukan pemeriksaan dan observasi dari berbagai dokter spesialis. "Kasus seperti ini biasanya kita bikin saluran pembuang sementara lewat samping, sebelum akhirnya dilakukan operasi," kata Zaenal.

Selain bertemu dengan Cesika, kunjungan bupati ke Kecamatan Cantigi dengan bersepeda itu juga bertemu langsung dengan Carman warga Desa Panyingkiran Kidul RT 14 RW 05 yang menderita sakit tulang kaki kiri karena kecelakaan. Selanjutnya bertemu dengan Sumanto warga Desa Cantigi Kulon RT 07 / RW 04 yang mengalami kebutaan. Pada kunjungan itu juga bupati menyelematkan Eva Nurjanah yang telah lulus SMP namun tidak melanjutkan ke SLTA, dengan kebijakannya akhirnya bupati membujuk Eva untuk kembali melanjutkan sekolah dengan jaminan dari Dinas Pendidikan. (deni/humasindramayu)

 


Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu