Langsung ke konten utama

Tangisan ODHA Pecah di Pendopo Indramayu

Tangisan ODHA Pecah di Pendopo Indramayu

 

Suasana Pendopo Indramayu pada Senin (27/5) malam benar-benar berbeda. Jika selama ini Pendopo Indramayu sering dijadikan keluar masuknya pejabat dalam bekerja namun berbeda pada malam itu. Pendopo Indramayu menjadi tempat bagi para Odha dalam merenungi apa yang sudah terjadi dalam kehidupan dirinya. Bahkan suasana pendopo yang hening tiba-tiba menjadi gemuruh karena tangisan para Odha yang menyesali dengan apa yang kini dialami.

Malam itu Pendopo Indramayu menjadi pusat kegiatan Malam Renungan AIDS Nusantara Tahun 2013 tingkat Kabupaten Indramayu. Bupati Indramayu sengaja mengumpulkan para penyandang Odha di pendopo agar lebih dekat dan merasakan apa yang tengah dialami saat ini.

Ketua panitia kegiatan, Ugem Hasanudin mengatakan, kegiatan tersebut dihadiri oleh 42 orang Odha dan juga para aktivis HIV-AIDS. Kegiatan itu merupakan upaya untuk menyeleraskan pelaksanaan program pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di Kabupaten Indramayu. Sebagai bagian dari rencana aksi dunia yang terkonsep dalam program MDG's, menurunnya angka penularan HIV-AIDS dan meningkatnya kualitas hidup Odha adalah salah satu indikator keberhasilan pada program tersebut.

"Korelasi yang sangat erat dengan permasalahan sosial, ekonomi, pendidikan dan ekologi masyarakatnya, menjadikan HIV-AIDS sebagai sebuah isue yang sangat seksi di tingkat masyarakat dunia," tegas Ugem.

Sementara itu Bupati Indramayu Hj. Anna Sophanah menyambut baik kegiatan tersebut. Malam Renungan AIDS Nusantara ini merupakan upaya intropkesi dengan permasalahan yang kini tengah dihadapi. Selain merupakan intropksi diri bagi para Odha, intropkesi juga harus dilakukan oleh para penyelenggara pemerintah daerah dengan kebijakan yang telah dikeluarkan saat ini.

Pihaknya sengaja mengundang para Odha untuk bisa datang ke pendopo agar lebih dekat dan mengetahui isi hatinya serta mendengarkan keinginan-keinginan yang terbersit dari hatinya. "Mereka yang telah terkena HIV-AIDS ini adalah warga kami, maka sudah sangat selayaknya jika kami juga memperhatikan mereka. Saat ini penderita HIV-AIDS dari kalangan ibu rumah tangga sudah sangat banyak tentu saja ini sangat memperihatinkan kami. Kami akan lindungi mereka," tegas bupati.

Salah seorang penderita HIV-AIDS, Intan (35) warga Desa Plawangan Kecamatan Bongas mengungkapkan, dirinya tetap memiliki asa yang tinggi dalam menjalankan kehidupannya saat ini. Meskipun dirinya telah di vonis mengidap HIV-AIDS namun dirinya tetap bersemngat dalam menjalankan hidup karena kedua anaknya yang kini menjadi penyemangat. (deni)

 

Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu