Langsung ke konten utama

Bupati Hj. Anna: “Harus Bangga dengan Identitas Indramayu”

Banyak cara untuk mempromosikan budaya daerah. Di antaranya melalui pameran dan festival, baik pameran di tingkat nasional maupun festival internasional. Peringatan atau hari jadi kabupaten/kota juga dapat dijadikan wahana untuk mempromosikan potensi daerah, termasuk potensi kekayaan budaya suatu daerah. 

Begitu pula dengan yang terjadi di Indramayu. Peringatan Hari Jadi Indramayu ke-485 tahun 2012 menjadi momentum untuk membumikan kembali budaya Indramayu yang sekian lama tenggelam oleh pengaruh budaya asing.

Peringatan Hari Jadi Indramayu kali ini memang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Bila pada tahun sebelumnya pada saat kirab budaya para pimpinan OPD memakai jas ala barat, maka pada tahun ini pimpinan OPD menggunakan pakaian adat Indramayu yakni memakai pakaian beskap, bawahan kain batik liris motif Indramayu, serta ikat kepala motif batik Indramayu.

Bupati Indramayu Hj. Anna Sophanah menggagas dan memprakarasai pemakaian pakaian adat khas Indramayu dalam Peringatan Hari Jadi Indramayu ke-485. Menurutnya pakaian adat Indramayu memang sudah selayaknya dimunculkan, untuk membangun sebuah kesadaran bahwa Indramayu juga memiliki budaya sendiri yang membedakannya dengan daerah lain.

            "Sebagai orang Indramayu tentunya bangga dengan budaya Indramayu. Pakaian adat sebagai salah satu warisan budaya, diharapkan dapat menjadi identitas budaya Indramayu," ujarnya.

            Orang nomor satu Indramayu itu menghimbau, budaya asli Indramayu harus dimunculkan ke permukaan, agar dikenal oleh masyarakat dan dilestarikan oleh generasi penerus.

Ditegaskan, orang Indramayu akan kehilangan jati dirinya kalau tidak ingat pada asal-usulnya, pandangan hidupnya, dan budayanya.

"Meski kehidupan kita saat ini sudah semakin canggih dan semakin mudah, tetapi kita tidak boleh lupa dengan leluhur kita. Bahkan kalau kita mau menggali dan meresapi budaya Indramayu, budaya asli masyarakat Indramayu sesungguhnya memiliki nilai-nilai yang adiluhung, yang tidak kalah nilainya dengan daerah lain" terangnya.  

Dikatakan, orang Indramayu tidak usah malu dengan budayanya. Karena budaya merupakan ideologi suatu masyarakat yang mempunyai nilai filosofinya masing-masing.

"Tiap daerah memiliki budayanya sendiri. Orang Indramayu dikenal sebagai masyarakat Pantura, memiliki dua budaya yang dominan yakni budaya bahari dan budaya agraris. Budaya bahari mengajarkan kita pada egaliter dan kerja keras. Sementara budaya agraris mengajarkan kita akan kesederhanaan dan gotong royong. Dua karakter ini merupakan nilai-nilai yang baik yang dimiliki oleh masyarakat Indramayu, namun pesannya bersifat universal," jelasnya.

Bupati Hj. Anna berharap, munculnya budaya asli Indramayu bukan hanya pada peristiwa besar seperti peringatan Hari Jadi Indramayu saja, tetapi muncul juga pada momen-momen tertentu dengan mengikutsertakan budaya asli Indramayu.

Namun Bupati Hj. Anna mengingatkan, kecintaan pada budaya Indramayu yang berlebih bukan berarti masyarakat Indramayu bersifat kesukuan atau chauvenisme, serta menolak keberadaan budaya lain yang ada di Indonesia. Tetapi kecintaan ini lebih pada pewarisan dan pelestarian budaya lokal yang menjadi identitas suatu masyarakat, di tengah-tengah serbuan budaya asing (red: barat) yang melanda denyut kehidupan bangsa Indonesia.

"Kita prihatin dengan kondisi bangsa yang semakin hari semakin kehilangan jati diri keindonesiaannya karena derasnya pengaruh budaya asing yang kadang tidak sesuai dengan nilai-nilai Indonesia. Saya berharap momentum ini dapat dijadikan refleksi untuk membumikan kembali budaya Indramayu," pintanya.

Kirab Budaya     

Kirab budaya dan pawai pembangunan pada peringatan Hari Jadi Indramayu itu tidak hanya menampilkan pakaian khas Indramayu. Pada kirab budaya, tiap-tiap kecamatan menampilkan satu kesenian tradisional yang khas berasal dari kecamatan masing-masing.

Untuk membumikan budaya Indramayu, diadakan pula lomba pidato berbahasa Indramayu, lomba cipta lagu Dermayon, lomba olahraga tradisional, dan lain-lain. Selain itu, pada malam puncak peringatan Hari Jadi Indramayu, digelar Panggung Budaya sebagai sarana hiburan rakyat yang tersebar di tujuh titik. Kesenian tradisional yang akan ditampilkan antara lain pertunjukan wayang kulit, wayang cepak, sandiwara, tarling, dan lain-lain.



--

Kunjungi Website Kami www.humasindramayu.com Terima Kasih

Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu