Langsung ke konten utama

Tiga Ponpes Terbesar di Subang Dukung Yance

Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat (Jabar) Dr H Irianto MS Syafiuddin (Kang Yance) terus mendapat dukungan jadi gubernur Jabar . Dukungan kali ini dari tiga pondok pesantren (ponpes) terbesar di Kabupaten Subang. Yakni, Ponpes Darussalam Desa Kasomalang Wetan dan Majelis Talim Al Muanah Desa Karanganyar, Kecamatan Kasomalang, dan Majelis Talim Desa Sukamelang, Kabupaten Subang. Mereka sepakat untuk mendukung dan sekaligus memenangkan Kang Yance pada pemilihan gubernur (Pilgub) yang akan dihelat 13 Februari 2013 mendatang,

 

"Kalau kita bandingkan dengan cagub lainnyan, Kang Yance lebih  lebih layak. Pengalaman menjadi Bupati Indramayu selama dua periode sebagai modal dasar untuk pimpin Jabar,"tutur Ketu Majelis Talim Sukamelan, Ustad Deden usai merima silaturahmi Kang Yance, Kamis (10/5).

Pemimpin Jabar ke depan, selain harus mempunyai pengalaman dalam memimpin di lingkungan birokrasi,  juga seorang  pemimpin yang mempunyai komitmen tinggi dalam pembangunan bidang keagaman. Pembangunan keagamaan, kata Deden,  menjadi modal dasar dalam membangun di segala bidang teruitama membangun keimanan di tengah masyarakat. Sebab, keimanan yang bagus akan mendorong pada kemaslahatn umat guna mencari keselamatan baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Semua itu sudah dilakukan Kang Yance saat memimpin Kota Mangga selama dua periode. Hal itu yang mendorong para pengasuh ponpes di Kota Nanas utuk mendukung Kang Yance jadi gubernur."Yang jelas kami sudah bulat mendukung Kang Yance jadi Jabar Satu,"tegas kiyai kharismatik.

Hal senada diungkapkan KH Ahmad Djuanda, pengasuh Ponpes Darussalam.  Ia menjelaskan, pihaknya menyambut baik kedatangan Kang Yance di Ponpes Darussalam. Diakui pimpina ponpes terbesar  di Kabupaten Subang, secara pribadi, ia baru saja mengenal sosok Kang Yance yang sekarang namanya sudah ramai mendapat dukungan dari para ulama se Jabar supaya maju pada Pilgub mendatang. Meski baru mengenal, dirinya bersama ribuan santri sudah sering kali mendengar nama suami dari Bupati Indramayu Hj Anna Sophanah. Terutama, lanjut KH Ahmad,  kiprahnya di bidang keagamaan, kebijakan beliau saat menjadi buipati di Kota Mangga itu sangat dirsakan oleh para ulama di sana sehingga apa yang menjadi keinginannya selalu mendapat dukungan dari para ulama.

Kebijakan beliau yang sangat menarik para ulama di Subang adalah kebijakan tentang penanaman nilai nilai Islami di kalangan para birokrasi meliputi wajib mengaji lima belas menit bagi pegawai, sebelum melakukan aktivitas. Selain itu bagi pegawai perempuan juga harus memakai kerudung. Kebijakan yang dilakukan beliu itu tergolong berani dan belum ada di kabupaten lain di Jabar. Pihaknya sangat berharap ketika beliau dipercaya memimpin di Jabar, paling tidak bisa diterapkan ditingkat yang lebih tinggi."Itu yang menjadi saya tertarik dan mendoakan supaya beliau terpilih jadi gubernur. Para ulama di Subang sudah sepakat utuk memenangkan Kang Yance jadi Jabar Satu.
(######)

Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu