Langsung ke konten utama

Semangat Kebangkitan Nasional Menjadi Obor Penerang Dan Pencerah

INDRAMAYU 21/5/2012 (www.humasindramayu.com) – Semangat Kebangkitan Nasional Tahun 1908 terus menjadi obor penerang dan pencerah bagi langkah anak bangsa dalam menjaga dan mengembangkan konstruksi nasionalisme serta berkarakter sebagai bangsa yang bermoral, beradab, bersatu, berdaya, dan berpartisipasi bagi kejayaan bangsa dan negara Indonesia. Hal ini ditegaskan Bupati Indramayu Hj. Anna Sophanah ketika menjadi inspektur upacara pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke 104 tahun 2012 tingkat Kabupaten Indramayu yang berlangsung Senin pagi (21/5) di Alun-alun Indramayu.

 

Wajah dan corak keindonesiaan telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan. Nilai-nilai kebangsaan selama 104 tahun telah mengalami pasang surut, seiring dengan perubahan jaman dan tuntutan masyarakat. Perubahan dan tuntutan ini, mau tidak mau, suka atau tidak suka, pasti akan berada dan menyatu dalam proses perjalanan sejarah bangsa Indonesia, yang telah berkali-kali mendapatkan gangguan, tantangan, hambatan dan bahkan ancaman, baik dari dalam maupun dari luar negeri.


"Oleh karena itulah, dalam rangka tetap menjaga konsistensi dan kesinambungan nilai-nilai kebangsaan yang telah dirintis oleh para pendahulu kita, tentunya sebagai generasi penerus perjuangan bangsa, kita tidak boleh lengah dan lupa akan makna hakiki nilai-nilai kebangsaan tersebut. Secara khusus, hal ini sangat penting dalam menyikapi dan menghadapi era perubahan dan kemajuan yang terjadi dewasa ini, dan yang akan terus menerus terjadi di masa-masa mendatang." tegas bupati.

 

Bupati Indramayu menambahkan, menapaki perjalanan sejarah kebangkitan nasional Indonesia, maka cara berpikir nasionalis dalam membangun Indonesia baru di masa depan adalah bagaimana mengutamakan kepentingan kehidupan nasional. Dalam hal ini, seyogianya cara berpikir nasionalis adalah antitesis dari cara berpikir individual, kedaerahan, golongan, dan kolonial.


Dalam memaknai kebangkitan nasional dan wacana Indonesia ke depan yang lebih baik, mandiri, sejahtera dan lebih bermartabat, diperlukan adanya korelasi antara kesadaran sejarah, fakta sosial, dan semangat nasionalisme keindonesiaan kita  ke depan, yang memiliki bangunan karakter kesejatian Indonesia.


"Peringatan Harkitnas ke-104 tahun 2012 ini menjadi penting, apabila nilai-nilai kebangsaan, persatuan dan kesatuan, kejujuran, serta kebersamaan yang menjadi ciri keindonesiaan kita, dapat dijadikan suatu energi bagi langkah-langkah kita ke depan, serta sekaligus menjadi renungan dan evaluasi tentang sejauhmana semangat nasionalisme tersebut terimplementasi dalam setiap potensi, profesi, tugas dan tanggung jawab perilaku masing-masing individu warga negara Indonesia dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara." Katanya. (deni/www.humasindramayu.com)

 

 

Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu