Langsung ke konten utama

Produksi Padi Capai 21,4 Ribu Ton

INDRAMAYU, 4/4/2012 (www.humasindramayu.com) – Produksi padi di sejumlah kecamatan di Kabupaten Indramayu semakin terlihat. Terhitung produksi padi hingga akhir Maret 2012 sebesar 21,4 ribu ton.

 

Menurut Kabid Tanaman Pangan pada Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, Takmid Sarbini, produksi padi yang cukup tinggi tersebar di tiga kecamatan yakni Kecamatan Terisi, Cikedung dan Bangodua.

 

Untuk areal di Kecamatan Terisi sebanyak 11,5 ribu ton, Kecamatan Cikedung sebanyak 5,2 ribu ton dan Kecamatan Bangodua sebanyak 1,2 ribu ton. Dikatakannya, panen di masing-masing kecamatan masih terus berlangsung. Diharapkan, produksi padi akan terus meningkat seiring dengan akan panennya di sejumlah wilayah lain diluar 3 kecamatan itu.

 

Dikatakannya, sejumlah kecamatan yang menjadi produksi padi diantaranya adalah Kecamatan Gantar, Gabuswetan, Kertasmaya, Widasari, Tukdana, Haurgeulis, dan Sukagumiwang.

 

"Pada musim tanam 2011/2012, realisasi tanam yakni 122.591 hektar yang tersebar di 31 kecamatan. Luas tanam yang cukup tinggi terdapat di Kecamatan Kroya dengan luas 10.137 hektar untuk Kecamatan Gantar dengan luas 8.974 hektar dan Kecamatan Cikedung dengan luas 7.680 hektar." Katanya.

 

Areal tanam yang cukup luas tersebut diharapkan dapat menghasilkan produksi padi yang cukup maksimal. Sehingga realisasi panen di sejumlah kecamatan yang cukup luas areal tanamnya diharapkan dapat maksimal dalam produksi padi. Pada tahun 2012, Distanak Kabupaten Indramayu menargetkan 1,5 juta ton padi. (deni/www.humasindramayu.com)

 

Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu