Langsung ke konten utama

Putusan Kongres Pemuda 1928 Dibacakan di Indramayu

INDRAMAYU 28/10/2011 (www.humasindramayu.com) - Upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-83 di Indramayu diwarnai dengan pembacaan putusan Kongres Pemuda-pemuda Indonesia tahun 1928. Diantara putusan tersebut, memuat tiga pernyataan penting yang kemudian dikenal dengan Sumpah Pemuda.

Putusan Pemuda Indonesia tersebut mengungkapkan bahwa pertemuan pemuda pada 1928 itu diikuti Jong (pemuda) Java, Jong Soematra, Pemoeda Indonesia Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond, Jong Batak Bond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan Perhimpoenan Peladjar-peladjar Indonesia. Pembacaan itu sendiri dilakukan salah seorang anggota Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI)  setempat.

Putusan itu juga dibacakan masih dalam teks aslinya, yakni dengan ejaan pada masa itu. Setelah mendengar putusan ini kerapatan mengeluarkan keyakinan asas ini (tiga keputusan pemuda) wajib dipaki oleh segala perkumpulan-perkumpulan kebangsaan Indonesia. Mengeluarkan keyakina persatuan Indonesia diperkuat dengan memperhatikan persatuannya, yakni kemauan, sejarah, hukum adat, pendidikan dan kepanduan.

Bupati Indramayu Hj. Anna Sophanah dalam sambutannya mengatakan, ada banyak hal lagi yang bisa diambil dari makna hari sumpah pemuda. Pemerintah menyiapkan ruang yang luas bagi pemuda Indonesia untuk berkreasi, berkreativitas, bersosial-wirausaha, dan berekonomi kreatif, agar digeluti oleh pemuda untuk ikut serta berpartisipasi. Dengan itu, merefleksikan ke depan kepada pemuda untuk lebih maju.

Peran dan partisipasi pemuda dalam pembangunan nasional merupakan hal yang nyata. Dengan berbagai potensi, bakat, kemampuan, dan keterampilan, sekaligus dengan semangat dan idealisme yang kental, keterlibatan dan peran serta pemuda dalam pembangunan nasional senantiasa memberikan warna yang khas bagi pertumbuhan dan kemajuan bangsa. Untuk itulah, keberadaan, kiprah, dan masa depan pemuda harus memperoleh kepastian garansi atau jaminan dari negara.

"Dalam kesempatan ini, kita patut bersyukur dengan kehadiran Undang-undang Nomor 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan. Dengan adanya undang-undang ini, maka pembangunan kepemudaan yang dilaksanakan melalui pelayanan kepemudaan akan lebih jelas, terarah, dan mengalami kemajuan yang terukur, khususnya pada aspek penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan potensi pemuda.

Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke 83 tingkat Kabupaten Indramayu tahun 2011 berjalan khidmat yang dilakukan dalam bentuk apel pagi dan pengibaran bendera yang berlangsung di Alun-alun Indramayu, Jum'at pagi (28/10).

 

Upacara diawali dengan pengibaran bendera merah putih oleh Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) Kabupaten Indramayu. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan teks Pancasila oleh Asep Cipto Hadi (KNPI), pembacaan Pembukaan UUD 1945 oleh Sudirman (KNPI), pembaca Putusan Kongres Pemuda oleh Karyono, pengucap Sapta Marga oleh Tamin (Kodim 0616), dan pembaca Panca Prasetya Korpri oleh Anggun Anggraeni (Disporabudpar). Sementara sebagai komandan upacara Kapten Inf. A. Zuhri. (deni/www.humasindramayu.com)

Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu