Langsung ke konten utama

Warga Perbatasan Krisis Air

KRANGKENG 21/9/2011 (www.humasindramayu.com) – Seperti tahun-tahun sebelumnya, krisis air kembali dialami warga perbatasan antara Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon. Diantaranya warga Desa Purwajaya dan Singakerta Kecamatan Krangkeng. Warga dua desa ini memang hampir setiap tahun mengalami kesulitan air bersih, terutama ketika musim kemarau tiba.
Mereka biasanya mengandalkan air dari sumur untuk mandi dan mencuci. Sedangkan untuk minum sebagian besar warga terpaksa membeli air bersih dari pedagang air keliling. Harga air bersih cukup bervariasi antara Rp500- Rp1000 per jerigen. Namun yang menjadi persoalan, ketika musim kemarau mereka kesulitan mendapatkan air bersih. Penyebabnya karena sumur yang kering, dan kalaupun ada airnya keruh. Sementara untuk membeli air dalam jumlah banyak tentunya membutuhkan biaya besar.
"Disini memang selalu kesulitan air bersih, terutama ketika musim kemarau. Untuk itulah kami sangat senang kalau ada yang memberikan bantuan air bersih secara gratis," ungkap salah seorang warga Singakerta yang mengaku bernama Tarinih, Selasa (20/9).
Menyikapi keluhan masyarakat tentang krisis air bersih di sejumlah daerah, Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Indramayu memberikan bantuan air bersih bagi warga Blok Lebak Teratai Desa Singakerta Kec Krangkeng Kabupaten Indramayu, Selasa (20/9). Bantuan air bersih ini langsung disambut gembira oleh ratusan warga yang datang berbondong-bondong untuk antre air bersih.
Ketua PMI Cabang Indramayu, Drs H Suwito Handoyo mengatakan, PMI memang memiliki agenda khusus untuk memberikan bantuan air bersih. Menurutnya, bantuan diberikan kepada warga di sejumlah desa yang memang membutuhkan bantuan air bersih. Selain warga Desa Singakerta dan Purwajaya, sejumlah warga desa lainnyadi kecamatan Krangkeng juga mendapatkan jatah pembagian air bersih PMI. Yaitu desa Luwunggesik, Srengseng, Kapringan, Tegalmulya, Krangkeng, Kalianyar, Tanjakan, Dukuhjati, dan Kedungwungu.
Bantuan air bersih dari PMI juga diberikan kepada warga di Kecamatan Karangampel. Yaitu desa Pringgacala, Benda, Mundu, Dukuhtengah, dan Karangampel Kidul.
"Apa yang kami lakukan merupakan bagian dari tugas dan tanggung jawab PMI di bidang kemanusiaan," tandas Suwito.(deni/www.humasindramayu.com)

Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu