Langsung ke konten utama

Aliansi Pita Putih Hadir di Indramayu

INDRAMAYU 20/9/2011 (www.humasindramayu.com) – Kepedulian masyarakat Indramayu untuk menekan laju angka kematian ibu dan bayi sangat tinggi. Hal ini ditandai dengan lahirnya Aliansi Pita Putih Indonesia (APPI) Kabupaten Indramayu. Selasa (20/9) pengurus APPI Kab. Indramayu periode 2011-2014 dilantik dan dikukuhkan oleh Bupati Indramayu Hj. Anna Sophanah di Pendopo setempat.

Masalah Kesehatan Ibu dan Bayi baru lahir merupakan hal yang sangat memprihatinkan sekaligus menjadi latar belakang dari lahirnya organisasi ini, sekitar 20.000 ibu di Indonesia meninggal setiap tahun disebabkan komplikasi karena kehamilan dan melahirkan, rata-rata setiap jam dua ibu yang meninggal serta 20 bayi meninggal setiap 1000 bayi yang dilahirkan.

Ketua APPI Pusat Dr. Sunitri Widodo mengatakan, dengan prinsip-prinsip organisasi yang bersifat independent, sosial kemasyarakatan, nirlaba, berdasarkan semangat kemitraan dan kerjasama, Aliansi ini diharapkan berfungsi sebagai wadah komunikasi, fasilitasi dan katalisasi bagi kegiatan lembaga organisasi, dan individu yang mempunyai kesadaran untuk peduli terhadap tingginya angka kematian ibu.

Aliansi Pita Putih Indonesia (APPI) adalah bagian dari aliansi global yang bernama White Ribbon Alliance (WRA) yang berpusat di Washington DC, yang diikuti oleh berbagai institusi di dunia. "White Ribbon atau Pita Putih sebagai lambang untuk mengenang semua perempuan yang meninggal karena kehamilan dan melahirkan, Pita Putih merupakan symbol kepedulian terhadap keselamatan ibu yang menyatukan individu, organisasi, dan masyarakat yang bekerjasama untuk mengupayakan kehamilan dan persalinan yang aman bagi setiap perempuan" kata Sunitri.

Sementara itu Bupati Indramayu Hj. Anna Sophanah dalam sambutannya mengatakan, Indramayu tercatat sebagai salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) cukup tinggi. Pada tahun 2010, tercatat AKI sebanyak 56 orang dan AKB sebanyak 537 bayi.

 

"Oleh karena itu, selaku pimpinan daerah saya menyambut baik dan mendukung keberadaan APPI sebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang peduli terhadap keselamatan ibu hamil dan melahirkan beserta bayinya. Saya juga mengharapkan agar APPI dapat menjadi mitra kerja pemerintah daerah dalam memecahkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan AKI, AKB, PHBS, serta desa/kelurahan siaga aktif" katanya.

 

Bupati berharap APPI dapat melakukan langkah-langkah pertama meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperan aktif pada upaya-upaya keselamatan ibu hamil, melahirkan, nifas, dan bayi baru lahir. Kedua membangun jejaring dengan sebanyak-banyaknya organisasi/ lembaga dan individu, di dalam dan di luar negeri yang peduli keselamatan ibu hamil, melahirkan, nifas, dan bayinya. Ketiga memfasilitasi kegiatan masyarakat/lembaga yang peduli akan keselamatan dan kesejahteraan ibu hamil, melahirkan, nifas, dan bayinya, dan keempat membangun budaya yang mengarah pada keselamatan dan kesejahteraan ibu hamil, melahirkan, nifas, dan bayinya.

 

Sementara itu pengurus yang APPI yang baru saja dilantik yaitu Hj. Cholida Dwiyatingrum (ketua), Dra. Hj. Lili Ulyati Suhaeli, MA (ketua I), Hj. Ida Nuraida, SST, SKM (ketua II), dan dr. Hj. Setiawati, MARS (ketua III). Kemudian Hj. Titi Supartini, SP (sekretaris umum), Drs. Edi Kusdiana, MM. MBA (sekretaris I), Ade Suharnani, SE (sekretaris II), Imam Hudaya, SH (bendahara umum), Sri Sukmawati, SE (bendahara I).

 

Sedangkan untuk bidang yaitu, Bidang Advokasi Dra. Hj. Nurhayati (ketua), Drs. Wawan Idris, M.Si (wakil ketua), sementara anggotanya yaitu Yadi Hidayat. SKM, MKM. Hj. Tanti Wulandari, S.Sos. dan Dra. Fatimah. Bidang KIE yaitu ketua dr. H. Arif Yusuf, M.Kes. wakil ketua dr. Barlian Ahmad, anggota Drs. H. Didi Junaedi, M.Si, Aman Efendi, M. Kes dan Drs. H. Eddy Wahyono, A.Kep.

 

Bidang Jejaring yaitu dr. H. M.Toha, M.Si (ketua), Drs. H. Karlim (wakil ketua), dan anggota Aam Aminah, M.Pd, Netty Rosnetty, SE., Hj. Dari Poerwati, dan Cicih Sukarsih, SST. Bidang Peningkatan Kapasitas yaitu dr. Ndaru Takaryanto (ketua), Toto Hadi Suharto, S.Pd (wakil ketua), dan anggota Hj. Lilis Riswati, Am.Keb, Diah Reski, S.Sos, MKM, dan drg. Lily Tantijati, M.Epid. dan Bidang RAPPI yaitu Dra. Lilik Muflicha (ketua), dr. Leli Triswilaeli (wakil ketua), dan anggota Arnike Canon, B.Sc, Drs. Atang Riko, M.Si, Binte Haryanto, A.Md, Juhari Fajri, drg. Nova R, dan Qurannisa, SH. (deni/www.humasindramayu.com)

 

 

 

 

 

Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu