Langsung ke konten utama

Tokoh Indramayu Segera diabadikan


 

INDRAMAYU 6/6/2011 (www.humasindramayu.com) – Dalam waktu dekat sejumlah ruang perkantoran di jajaran Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Indramayu akan berubah dengan nama-nama tokoh dan pejuang Indramayu. Untuk sementara pemberian nama tokoh hanya bagi enam ruang bangunan pendopo utama, pendopo dalam, ruang data I, ruang data II, ruang sekretaris pribadi (sekpri), dan ruang ajudan.

 

Ruang bangunan Pendopo Utama diberi nama Raden Aria Wiralodra. Pendopo Dalam Nyi Mas Endang Dharma, Ruang Data I Ki Tinggil, Ruang Data II Ki Sidum, Ruang Sekpri Ki Tana, dan Ruang Ajudan Ki Tani. Untuk selanjutnya tiang pendopo dan sejumlah bangunan perkantoran lainnya nantinya akan diberi nama-nama tokoh seperti Pangeran Dharmakusumah, Surajaya Indra Wijaya, Benggala, Benggali, Semangun, R. Djalari, R. Wiraatmaja, R.I. Syafiuddin, dll.

 

Menampilkan nama tokoh dan pejuang Indramayu untuk dijadikan nama bangunan dan ruangan di lingkungan Setda Kabupaten Indramayu menurut Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Indramayu, H. Warjo, SH.MH., sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 78-27 tentang perlindungan warisan budaya, Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 23 tahun 2007 tentang kepurbakalaan tradisional dan museum.

 

Untuk menentukan nama-nama tokoh dan pejuang yang pantas ditampilkan pada bangunan dan ruangan Setda Indramayu telah dikumpulkan para pamong budaya dan puluhan tokoh sejarah dan budayawan dan juga tokoh masyarakat. Pada musyawarah yang dipimpin H. Warjo itu, menghasilkan enam tokoh yang untuk sementara dijadikan nama pada bangunan utama di Pendopo Kabupaten Indramayu.

 

Para peserta rapat juga mengusulkan agar nama-nama jalan di komplek perumahan yang selama ini diberi nama jenis buah-buahan, nama jenis ikan, tanaman dan lainnya agar diganti dengan nama tokoh dan pejuang Indramayu. Hal itu dikandung maksud sebagai apresiasi dari masyarakat dan pemerintah kepada pejuang dan tokoh tersebut. (undang/MH/deni)

Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu