Langsung ke konten utama

Pangdam Ajak Santri Al-Zaytun Bela Negara

 

GANTAR 15/6/2011 (www.humasindramayu.com) – Kegiatan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) sangat baik diberikan kepada para santri Pondok Pesantren (Pontren) Al-Zaytun, sebagai wujud dari keikutsertaan warga Negara dalam upaya bela negara. Hal itu diungkapkan Panglima Kodam III Siliwangi Mayjen Moeldoko saat membuka kegiatan PPBN di Al-Zaytun di Kabupaten Indramayu, Selasa (14/6).

 

Hadir dalam kegiatan pembukaan PPBN di Al-Zaytun itu, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heriyawan, Pimpinan Ponpes Al-Zaytun Syekh Panji Gumilang, Danrem 063 Sunan Gunung Jati Kolonel Inf Rochimin, Bupati Indramayu Hj Anna Sophanah, Wakil Bupati Cirebon Ason Sukasa dan Muspida sewilayah III dan IV, Tokoh masyarakat serta tokoh agama.

 

Menurut Pangdam Moeldoko, membela dan mempertahankan negara merupakan hak sekaligus kewajiban warga negara sesuai UUD 1945 pasal 30 tentang Bela Negara dan juga paal 9 UU Nomor 3/2002 tentang pertahanan negara.

 

"Pertahanan negara disebutkan bahwa keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara antara lain di selenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan," jelas Pangdam III Siliwangi.  

 

Adapun wujud dan bentuk dari pendidikan dasar bela Negara yang dimaksud kata Pangdam III Siliwangi Mayjen Moeldoko, salah satunya melalui kegiatan PPBN di tiga lingkungan.

 

"Lingkungan pemukiman, pekerjaan, dan pendidikan, didalamnya ada lingkungan pondok pesantren, mengingat begitu besarnya potensi Ponpes, sehingga wajar bila ponpes memiliki posisi strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia," katanya.

 

Maka dari itu, diharapkan kegiatan PPBN di Ponpes Al-Zaytun, bisa berlanjut dan rutin sehingga membawa manfaat bagi para santri Al-Zaytun ini.

 

"Kita mengharapkan kegiatan PPBN ke-5 di Ponpes Al-Zaytun ini, dapat menumbuhkan rasa bela Negara para santri, sebagai generasi penerus bangsa dan Negara, karena data yang ada dari 17 ribu ponpes dengan jumlah santri mencapai 5 juta santri, sekitar 7.000 santri menimba ilmu di Al-Zaytun," jelasnya.

 

Diakuinya bahwa kegiatan PPBN ini tidak hanya dilaksanakan di Ponpes Al-Zaytun melainkan di beberapa Ponpes di jawa Barat. "Di antaranya di Ponpes As-Sunnah Tasikmalaya, Ponpes Al-Mizan di Kabupaten Lebak, Ponpes Darul Ulum di Kabupaten Bogor dan Ponpes Kempek di Kabupaten Cirebon," katanya.

 

Sementara Pimpinan Ponpes Al-Zaytun Panji Gumilang mengaku sangat mendukung adanya kegiatan PPBN bagi santri-santri di lingkungan ponpesnya.

 

"Saya berharap para santri dapat mengikuti kegiatan PPBN dengan baik dan bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, karena pesantren Al-Zaytun bisa seperti ini karena Indonesia, dari tidak ada apa-apa menjadi ada apa-apa karena Indonesia," katanya.

 

Maka dari itu sebagai bentuk kecintaannya terhadap Indonesia, dirinya mengaku selalu berpegang pada filosofi hidupnya. "Kerjakan apa yang bisa dikerjakan, sehingga bermanfaat bagi umat dan masyarakat," jelas Panji. (Ugi/Deni/humasindramayu.com)

 

 

Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu