Langsung ke konten utama

Anna Sophanah : “Desa Majasari Berhasil dalam Pembangunan”

 

SLIYEG 27/5/2011 (www.humasindramayu.com) - Desa Majasari merupakan salah satu desa yang cukup berhasil dalam pelaksanaan pembangunan desa. Hal ini dapat terlihat dari tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam pembayaran PBB yang mencapai 100% sejak tahun 2009. Pernyataan itu disampaikan Bupati Indramayu Hj. Anna Sophanah ketika memberikan sambutan dalam lomba desa tingkat Provinsi Jawa Barat yang berlangsung di Desa Majasari Kecamatan Sliyeg Kamis (19/5) yang lalu

 

Selain itu, Desa Majasari juga masih memiliki budaya gotong royong yang masih kental di masyarakatnya. Sementara untuk bidang usaha ekonomi produktif, Desa Majasari juga merupakan sentra kerajinan dan home industry, seperti tahu, tempe, keripik pisang, telur asin, dan sebagainya, untuk memenuhi pasar-pasar di dalam maupun di luar wilayah Kabupaten Indramayu. "Dengan adanya perlombaan desa ini, diharapkan Desa Majasari semakin mendapat perhatian dari kita semua, sehingga pembangunan dapat lebih ditingkatkan untuk mencapai kesejahteraan masyarakatnya". Kata bupati.

 

Sesuai dengan Permendagri Nomor 13 tahun 2007, perlombaan desa bertujuan untuk menilai keberhasilan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat melalui penguatan kelembagaan, peningkatan motivasi, partisipasi, dan swadaya gotong royong masyarakat dalam pembangunan desa dan kelurahan.

 

Dengan demikian, diharapkan tumbuh rangsangan dan dorongan untuk lebih memacu pembangunan serta pengembangan desa sekaligus untuk memberdayakan potensi yang dimilikinya, sehingga mempercepat kemandirian masyarakat dalam membangun daerahnya melalui suatu kompetisi yang sehat dan dinamis.

 

Selain itu, lanjut Anna, kapasitas pemerintah desa semakin kuat, sehingga dapat menyelenggarakan pemerintahan secara demokratis, partisipatif, transparan, dan akuntabel berdasarkan nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat. Kondisi tersebut akan terlihat dari indikasi terwujudnya kemampuan pemerintah desa dalam mengelola sumber daya secara efisien dan efektif, serta semakin berfungsinya lembaga adat dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra pemerintahan desa dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

 

"Lomba desa bukanlah tujuan, tetapi hanya sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah, khususnya pemerintah desa. Lomba desa ini juga merupakan gambaran hasil kerja pemerintah desa satu tahun terakhir, disamping menggambarkan kinerja kemampuan pemerintah desa dalam menggerakkan, mengerahkan, dan mendayagunakan seluruh sumber daya yang dimilikinya." Katanya. (deni)

 

 

Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu