Langsung ke konten utama

Pasar Setan Yang Semakin Sepi

SLIYEG 26/4/2011 (www.humasindramayu.com) - Dilihat dari namanya memang sedikit aneh, atau bahkan terasa serem. Pasar tradisonal yang keberadaannya sejak dulu dan kini masih bisa kita lihat jika dini hari saja disepanjang jalan raya antara perbatasan Desa Tugu dan Tugu Kidul Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu. "Ada-ada saja", mungkin itu yang ada dibenak kita, kok bisa dinamakan pasar setan, apakah tidak ada nama lain yang lebih pas?

Cerita sesepuh Desa Tugu Kidul, H. Mawar, konon sejak Ia kecil pasar setan sudah ada, menurut cerita orang tuanya, bisa dinamakan pasar setan karena adanya aktifitas pasar pada malam hari. "Para pedagang mulai mengisi lapaknya dan para pembeli berdatangan kira-kira jam dua malam, terus tong-tong subuh sudah pada bubar. Karena seharusnya malam itu waktunya buat tidur tetapi mereka berdagang sedangkan yang namanya setankan adanya malam hari, makannya dinamakan pasar setan," katanya.

Pasar setan yang hanya menjajakan beraneka ragam sayur-mayur, buah-buahan, dan berbagai bahan pokok ini digelar di tepi jalan, seperti pasar tumpah pada umumnya. Dulu penjual dan pembeli bukan hanya dari Desa Tugu saja, melainkan dari desa sekitar. "Waktu itu mereka datang dengan berjalan kaki, dan barang bawaannya dipikul, bahkan tak jarang dari mereka yang dirampok, maklum waktu itu masih rawan dan banyak toang," ceritanya.

Sambil mengingat memorinya lagi, para pedagang kemudian saling berebut tempat dan tentunya memilih yang strategis. "Siapa yang datang lebih awal maka akan leluasa memilih tempat untuk menggelar barang daganganya, karena tidak ada lapak yang disewakan apalagi kios waktu itu," cerita mantan kuwu pertama Tugu Kidul ini.

Dari awal berebut lapak tadi, akibatnya posisi semula pasar di Desa Tugu Kidul Blok Kiradenan kini bergeser ke Desa Tugu Blok Ketok. Karena tiap harinya para pedagang saling berpindah posisi untuk memilih tempat yang enak dan ramai, ketika kemarin dirasa sepi maka besoknya pedagang pindah tempat. Kini nama pasar setan lebih dikenal sebagai nama salah satu blok di desa Tugu.

Pasar setan dulu dengan sekarang kalau dilihat dari waktu dan barang yang dijual tidak ada perbedaan, pasar yang dulu menjadikan Desa Tugu bukan desa mati ketika malam hari kini semakin sepi saja, dan pembeli dari luar desa pun sudah tidak lagi ada. Pasar setan yang bisa menggeliatkan perekonomian dan aktifitas malam hari sudah mulai ditinggalkan, terkikis keberadaanya seiring berdirinya dua buah minimarket dan banyaknya warung, toko kelontong di desa itu.

Tapi, masih ada pasar yang masih banyak dikunjungi warga Tugu, ialah Jumaan atau pasar yang adanya setiap malam Jum'at yang digelar dihalaman balai desa hingga ke bibir jalan raya. Pasar ini banyak dijadikan tempat kumpul muda-mudi untuk sekedar cuci mata selain membeli, atau ibu-ibu yang berbelanja keperluan dapur. Jumaan mulai ramai dikunjungi saat sore, dan penjual menyudahinya sekitar pukul 21.00 WIB. (Imam Wibowo / Deni)

Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu