Langsung ke konten utama

Satu Keluarga Diduga Terjangkit Flu Burung

INDRAMAYU 03/03/2011 (humasindramayu.com) - Satu keluarga yang terdiri
dari empat orang asal Blok Krasak, RT 01/02 Desa Sidamulya, Kecamatan
Bongas, Kabupaten Indramayu, Kamis (3/3) menjalani perawatan intensif
di RSUD Indramayu. Satu keluarga tersebut diduga terjangkit supect flu
burung. Keempatnya, mengalami gejala yang sama yakni mengalami demam,
batuk dan sakit perut, serta sesak nafas setelah kematian puluhan ekor
ayam miliknya serta tetangganya.

Satu keluarga suspect tersebut yakni Dulgani(40), Carisah(33), dan dua
anak puterinya yakni Cinta(7) dan Dewi(6). Keempatnya menjalani
perawatan khusus di RSUD Indramayu dengan standar perawatan penyakit
menular.

Dikatakan Dulgani yang berprofesi seorang guru di SD Cipedang IV
Bongas bahwa awal mulanya anaknya yang bernama Cinta mengalami sesak
nafas dan menggigil serta sakit perut. Namun tidak lama, rasa sakit
tersebut secara mendadak dialami dirinya, istri serta anak bungsunya
Dewi.

"Ya, kami tiba-tiba mengalami sakit serupa, setelah tidak lama dari
puluhan ayam kami yang mati secara mendadak," ujar Dulgani.

Diketahui, ayam piaraan milik Dulgani sebanyak 35 ekor secara
tiba-tiba mati mendadak, menyusul ayam milik tetangganya bernama
Randeng(45) sejumlah 18 ekor serta ayam-ayam milik tetangga lainnya
disekitar rumahnya. Melihat kejadian tersebut, lantas sejumlah warga
langsung melaporkan kejadian kepada puskesmas setempat.
Mendapatkan laporan keresahan warga, petugas Dinas Kesehatan, Dinas
Peternakan, dan Puskesmas setempat langsung memeriksa lokasi dan
melakukan pemeriksaan cepat (rapid test) terhadap ayam yang mati.

"Setelah kami periksa, semua unggas yang mati positif terjangkit flu
burung. Maka, kami dengan segera membawa korban suspect untuk
diperiksa intensif. Karena, dari gejalanya mereka diduga terkena virus
AI dari ayam yang mati," jelas dr Syahroni, petugas Dinas Peternakan
yang membawa keempat suspect dari Bongas ke RSUD Indramayu.

Sementara itu, dr Johari selaku Dokter RSUD Indramayu yang memeriksa
keempat suspect, mengatakan, pihaknya telah mengambil sampel darah dan
pemeriksaan rontgen terhadap keempat korban. Selanjutnya, sampel darah
itu dikirimkan ke laboratorium untuk memastikan penyakit yang diderita
para korban.

"Kita masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium tersebut. Jika
dugaan awal terkait gejala yang dialami, bisa saja itu gejala flu
burung. Karena, keempat suspect mengalami gejala yang mirip dengan
korban terpapar virus flu burung, yakni mengalami demam tinggi, batuk,
disertai sakit perut. Terlebih, disekitar rumahnya terdapat unggas
yang mati mendadak," tegas dr Johari..

Berdasarkan informasi serta data yang tercatat, flu burung juga pernah
menyerang satu keluarga di Kecamatan Bongas, tepatnya di Blok Cipedang
Kanem, Desa Cipedang, pada Januari 2006 silam. Bahkan, dua orang
anggota keluarga yang terdiri dari kakak dan adik, meninggal dunia.
Begitupun dengan keempat suspect, saat ini masih dilakukan perawatan
intensif. (deni/humasindramayu.com)

Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu