mediasi warga Majakerta bersama PT Pertamina RU VI Balongan, belum
mencapai sepakat, ratusan warga kembali aksi blokir jalur masuk
Pertamina. Aksi tersebut dilakukan, Kamis (3/3) sejak pukul 06.00 WIB,
dimana ratusan warga terbagi dibeberapa titik, dengan memblokir pintu
gerbang yang menjadi keluar masuk nya pekerja Pertamina. Akibat aksi
tersebut, aktifitas Pertamina terganggu.
Pemblokiran tidak saja terjadi di pintu I masuk area Pertamina, tetapi
juga terdapat di pintu 4 dan pintu 8 yang lokasi nya berada di area
depan. Ratusan warga, melakukan blokir ketika ada kendaraan yang
hendak keluar dan masuk area Pertamina. Bahkan, aksi tersebut juga
sempat bentrok dengan aparat kepolisian yang menjaga, lantaran warga
ingin masuk area Pertamina.
Hingga siang pukul 13.00 WIB, ratusan warga masih bertahan di tiga
pintu yang menjadi sasaran warga. Pihak petugas kepolisian juga masih
nampak bertahan dan berupaya melakukan negosisasi agar warga
meninggalkan lokasi, karena aksi tersebut dianggap telah mengganggu
aktifitas Pertamina. Bahkan, berdasarkan informasi yang didapat
dilapangan, beberapa kendaraan pengangkut ELPIJI tertahan di dalam dan
sulit keluar karena pintu gerbang masih dikuasai warga.
"Kami akan bertahan, hingga Pertamina mau mengabulkan apa yang
masyarakat inginkan," kata salahsatu peserta aksi, Saprudin(45) warga
Majakerta.
Aksi yang lokasinya berada di ring I kilang Balongan ini, ratusan
massa menuntut kompensasi atas sejumlah dampak pengolahan kilang RU VI
Balongan. Massa meminta agar warga yang bertempat tinggal di radius
500 meter dari lokasi kilang Balongan agar mendapatkan kompensasi yang
sepadan.
Ratusan warga tersebut menuntut pihak Pertamina agar menyediakan air
bersih. Warga menilai, air irigasi yang dahulunya mengalir bisa
digunakan oleh masyarakat desa, saat ini airnya tidak dapat mengalir.
Karena saluran irigasi ini telah tertutup oleh bangunan gedung dan
tersumbat sehingga air bersih tidak dapat mengalir. Yang berimbas pada
keberadaan sumur-sumur yang digunakan oleh masyarakat untuk aktifitas
keseharian berbau tidak sedap.
Tidak hanya itu, dikatakan Korlap aksi, Asmuni bahwa warga desa
Majakerta juga mengeluhkan akibat adanya pembebasan tanah sawah
sehingga banyak buruh tani kehilangan mata pencaharian. Bahkan, pera
nelayan juga merasakan hal yang sama, pasalnya lokasi pencarian ikan
di urug dengan pasir, akibatnya hasil usaha para nelayan kurang
memuaskan. Ditambah lagi suara bising yang ditimbulkan oleh penyetabil
gas, sehingga membuat warga tidak nyaman.
"Itu sebagian keluhan kami kepada Pertamina, maka dengan itu Pertamina
harus wajib peduli dengan warga. Namun sayang, untuk kesekian kalinya
kami audensi tapi tidak hasil yang memuaskan warga. Lagi-lagi
Pertamina berkilah dan janji," kata Asmuni.
Adapun tuntutan lainnya oleh warga kepada pihak Pertamina, diantaranya
menuntut uang kompensasi Rp15 juta per kepala keluarga (KK) yang belum
diberikan oleh Pertamina RU VI Balongan sejak tahun 1991 hingga 2011.
Tidak hanya itu, warga Majakerta juga meminta kepada Pertamina, agar
kiranya dapat memberikan lapangan kerja yang disesuaikan dengan
keahlian/kemampuan masing-masing bagi penduduk desa Majakerta.
"Selain program kesehatan gratis melalui sejumlah program coorporate
social responsibility (CSR) dapat lebih ditingkatkan. Jika perlu,
disediakan puskesmas khusus untuk warga di ring I Balongan untuk
mendapatkan pengobatan gratis setiap waktu," harapnya.
Sementara itu, aksi yang dilakukan sejak pagi hingga siang hari
tersebut, belum ada keterangan resmi dari pihak Pertamina terkait aksi
pemblokiran pintu gerbang. Bahkan, ratusan aparat kepolisian juga
masih siaga. Selian menyulitkan karyawan masuk dan keluar area
Pertamina RU VI Balongan, jalur lintas Balongan – Juntinyuat juga
lumpuh. Pengguna jalan umum, harus mengalihkan arahnya ke jalan
Soekarno Hatta baik dari Indramayu maupun dari Cirebon.
(deni/humasindramayu.com)