Langsung ke konten utama

Kontingen Indramayu tambah 3 emas dan 3 perunggu

HUMASINDRAMAYU.COM – Kontingen Indramayu, hingga Jum'at (9/7) pukul 22:00 WIB  menambah medali  tiga  emas dan tiga perunggu di ajang Porda Jabar XI Jawa Barat 2010 yang digelar di Bandung.
Tambahan tiga medali emas dan tiga  perunggu menempatkan posisi atlet Indramayu  dibawah komando H. Udi Karyudi, SE selaku Ketua Satlakgas Kontingen Porda XI Jabar 2010 Kabupaten Indramayu itu  berada pada urutan ke-7, mengumpulkan medali sementara 15 emas, 15 perak dan 17 perunggu. 
Raihan 3 emas itu berdasarkan data yang didapat Pos Kota dari petugas pada sekretariat kontingen Indramayu  di Hotel Trio Bandung,  disumbangkan dari dua cabor (cabang olahraga) yaitu; 2 emas dari angkat berat/besi atas nama lifter Cahya Megasari pada  nomor squat dan benpres  kelas 60 Kg dan cabor panahan diraih Septiawan Setyo U pada nomor traditional match kelas individu.
Sedangkan medali perunggu disabet cabor judo 2 perunggu atas nama Yusa Firmansyah  kelas 100 Kg dan  Casnoto juga kelas 100 Kg  dan cabor  dayung diraih Shinta Kumaevi/Susanti pada nomor sculis kelas double.
Beberapa cabor yang diharapkan masih dapat menyumbangkan medali pada pertandingan Sabtu (10/7) yaitu pencak silat, panjat tebing, tae kwon do, tarung derajat dan BPOC. Tiga cabor ; sepakbola, atletik dan bulu tangkis sudah lebih dahulu kalah, sebelum memasuki babak final.
Pada ajang Porda XI Jabar di Bandung, kontingen Indramayu mengikuti 20 cabor,  termasuk BPOC (Badan Penyelenggara Olahraga Cacat)AB/TR

Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu