Langsung ke konten utama

MUI Gelar Muscab

PRESS REALES

 

Rabu, 14 April 2010

 

MUI Gelar Muscab

 

Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai organisasi keagamaan dituntut adanya suatu manajemen pengelolaan oleh para pengurusnya. Selain itu, organisasi ini juga diharapkan bisa dipimpin oleh sosok ketua yang bisa mengakomodir kepentingan umat islam dan para ulama. Terkait hal itu, MUI Indramayu Rabu (14/4) menggelar musyawarah cabang (muscab) yang berlangsung di Aula Islamic Centre Indramayu.

Ketua MUI Indramayu Kiai Jamali mengatakan, muscab ini merupakan ajang untuk mempertanggungjawabkan kepengurusan sebelumnya dan mencari ketua baru untuk membawa MUI menjadi organisasi yang dapat dipercaya oleh umat islam. Selain itu, MUI juga diharapkan bisa menjawab semua tantangan di tengah era saat ini.

Sementara itu Bupati Indramayu DR. H. Irianto MS. Syafiuddin dalam sambutannya mengatakan, musyawarah merupakan salah satu bentuk aktualisasi dari demokrasi, sebagai sarana untuk menggalang aspirasi, mempersatukan perbedaan, mencari kata mufakat untuk mencari rahmat dan kemaslahatan dari Allah SWT. Lebih dalam lagi, kegiatan ini berfungsi untuk mempererat tali silaturrahmi di antara sesama anggota dan pengurus MUI dalam rangka memperkecil perbedaan dan memperbesar persamaan.

Untuk itu, masyarakat Indramayu lanjut bupati, sebagai bagian dari bangsa Indonesia dengan populasi muslimnya yang terbesar di dunia, MUI dituntut untuk dapat merealisasikan misi islam sebagai agama Rahmatan Lil Alamin dan memberi solusi terhadap kehidupan umat manusia. Untuk itu, para ulama dalam menjalankan peran strategis di tengah umat dan bangsa tidak boleh mengabaikan peringatan yang disampaikan Rasulullah SAW. "Baik atau rusaknya kehidupan umat ditentukan oleh dua golongan, yaitu ulama dan umaro. Disinilah letak pentingnya posisi ulama dan hubungan kerjasama timbal balik yang harus dibina antara ulama dan umaro secara proporsional sesuai dengan perannya masing-masing," katanya.

Upaya untuk memperkokoh hubungan ulama dan umaro perlu dilihat dalam dimensi kepentingan jangka panjang, yaitu menyangkut masa depan umat dan bangsa. Hubungan ulama dan umaro bukan hubungan politis, dan juga bukan hubungan yang bersifat pragmatis sesaat.

Bupati menegaskan, sesuai dengan prinsip MUI, yaitu mempersatukan umat, maka kegiatan tersebut harus diwarnai oleh suasana persatuan tanpa membedakan asal golongan, asal partai dan asal aliran. MUI adalah wadah bersatunya umat islam dalam satu naungan tanpa membedakan perbedaan yang hendaknya dapat membawa persatuan umat ke arah perdamaian dan menghargai perbedaan serta bukan ke arah yang radikal dan pemaksaan kehendak. Bersatunya umat islam bukan dimaksudkan untuk menekan dan memarjinalkan kelompok lain yang non islam, tetapi malah harus menjadi sarana perdamaian, pengharmonisasian serta penyerasian dalam membangun daerah yang sejalan dengan visi Indramayu Remaja. (dens/humasindramayu)

 

 

 

                                                                  


 

 

 

 

 

Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu