Langsung ke konten utama

Nelayan Dihimbau Jauhi Area Jettypropylene dan SBM

BALONGAN – Banyaknya kapan-kapal besar pengangkut bahan bakar minyak
dan polypropylene, yang merapat di area Jettypropylene PT Pertamina RU
VI Balongan, terus dilakukan sosialisasi kepada para nelayan. Kali
ini, pihak Pertamina melakukan sosialisasi rambu-rambu yang ada di
peraiaran, sehingga dapat dipahami oleh para nelayan yang kerap
melintas di area tersebut.

Rambu-rambu yang telah dipasang pihak Pertamina seperti sonar, ketika
malam hari disaat lampu tersebut menyala, diharapkan para nelayan
tidak merapat mendekat lampu tersebut guna pencahayaan. Pasalnya, hal
itu dianggap berbahaya, karena lampu tersebut guna tanda bagi
kapal-kapal besar yang merapat.

"Kami sosialkan hal tersebut kepada para nelayan yang kerap melintasi
area itu, sehingga kali ini diharapkan perahu nelayan bisa menjauh,"
ungkap Manager General Affairs Pertamina RU VI Balongan, Suseno,
Selasa(28/12).

Dijelaskan pula bahwa, kali ini juga para nelayan diharapkan tidak
menebar jaring disekitar area Jettypropylene. Sebab, hal tersebut
dapat mengganggu aktifitas bongkar muat kapal-kapal besar. Suseno juga
mengatakan, bisa saja jaring nelayan rusak terkena lemparan jangkar
kapal besar yang hendak berlabuh. Tentunya itu bisa merugikan para
nelayan itu sendiri.

"Memang, perairan di area tersebut bukan milik pertamina. Namun, apa
yang dilakukan pertamina juga sudah sesuai hukum yang mengatur hal
tersebut. Dimana, area tersebut di khususnya pengiriman BBM serta
propylene yang peruntukannya juga bagi masyarakat. Kami mengharapkan,
semua itu dapat dimengerti oleh masyarakat nelayan. Karena pertamina
milik bersama," kata dia.

Selain untuk menghindarnya ganguan di area Jetty, Suseno juga
menjelaskan bahwa saat ini Pertamina juga memiliki Single Buoy Moring
(SBM atau penampung minyak mentah terapung) yang ada ditengah lautan.
Dimana, SBM itu sendiri memiliki daya tampung 12.500, 17.000 serta
35.000. Setelah ditampung di SBM, minyak mentah itu sendiri disalurkan
ke Pertamina melalui pipa. Maka, para nelayan selama ini kerap menebar
jaring maupun mendekat di area tersebut.

"Hal itu tentunya sangat berbahaya serta dapat mengganggu aktifitas,
itu juga yang menjadi himbauan kami kepada para nelayan. Nelayan harus
menjaga jarak aman dengan area SBM minimal 100 meter, semoga apa yang
kami himbau bisa dimaklumi dan ditaati oleh para nelayan di area
Majakerta. Sehingga sama-sama tidak ada yang terganggu dalam menjalani
aktifitasnya," harap Suseno. (deni/humasindramayu.com)

Postingan populer dari blog ini

Dinkes Perketat Penjualan Pil Dextro

INDRAMAYU 28/11/2012 ( www.humasindramayu.com ) – Untuk mengurangi nyawa melayang akibat over dosis konsumsi pil dextro di Kabupaten Indramayu. Dinas Kesehatan telah menyebarkan surat edaran mengenai aturan pembelian pil berwarna kuning tersebut. "Surat edaran itu saya sebarkan ke seluruh apotek, toko obat, dan puskesmas," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Dedi Rohendi, Selasa (27/11). Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa seluruh apotek, toko obat, maupun puskesmas untuk tidak menjual pil dextro secara sembarangan. Untuk penjualan pil dextro kepada masyarakat umum, hanya bisa maksimal sepuluh butir atau dengan resep dokter. Dedi mengakui, pil dextro merupakan obat bebas yang bisa dijual secara bebas tanpa membutuhkan resep dari dokter. Namun, mengingat banyaknya penyalahgunaan pil dexro hingga menyebabkan korban berjatuhan, maka aturan itu terpaksa diterapkan. "Jika ada apoteker yang melanggar aturan itu, maka izinnya aka

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa

Rara Roga, Refleksi Sunyi Kesucian Jiwa Matahari telah lama tertidur di peraduannya. Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam. Burung malam telah jauh meninggalkan sarangnya. Kicauannya menyapa dedaunan yang basah sisa hujan sore hari. Angin malam mengendap-endap dalam gelap, menelisik sisi kanan-kiri tanggul Cimanuk, mencari jejak yang telah lama hilang terkubur lumpur Gunung Papandayan. Namun, permukaan air di muara sungai Cimanuk sangat tenang. Tidak ada riak air yang bergejolak. Tidak ada turbulensi pusaran air yang besar. Apalagi banjir bandang yang menjebol tanggul dan merendam ratusan desa sepertu puluhan tahun yang silam. Malam itu hilir sungai Cimanuk sangat tenang dan teramat tenang. Seolah tidak terpengaruh dengan kebisingan dan keriuhan di atas punggungnya. Di bawah temaram lampu Taman Cimanuk, diiringi suara gamelan, tampak gadis-gadis melenggak-lenggokan badannya dengan gemulai. Tangan dan jari-jemarinya bergerak lentur mengikuti irama

Sendratari Babad Dermayu, Kisah Indramayu Dalam Tarian

        Berlatang belakang kain putih yang membentang di bawah tugu bambu runcing di alun-alun Indramayu, pagelaran seni Sendratari Babad Indramayu sangat memukau penonton. Berkolaborasi dengan dalang wayang kulit dan diiringi musik tradisional, pertunjukan tari-tarian besutan sutradara Drs. Wregul W. Darkum ini menceritakan perjalanan Kota Indramayu   dari masa ke masa sejak abad ke-5 sampai abad 17, mulai Kerajaan Manukrawa, Padjajaran, Sumedang Larang, Majapahit sampai Mataram Islam.         Pertunjukan dibuka dengan narasi dari dalang wayang kulit yang mengisahkan Indramayu abad ke-5 di bawah Kerajaan Manukrawa. Belasan penari yang berkostum kerajaan tampak melenggak-lenggok di panggung dengan gerakan yang gemulai. Setelah itu, muncul tari topeng kelana yang menjadi tarian khas Indramayu. Saat Indramayu di bawah Kerajaan Demak, belasan penari rudat yang menandakan zaman Islam bermunculan memenuhi seisi panggung. Puncak pertunjukan terjadi saat Indramayu